Bikers Indonesia. 14 Juli 2011 - Pengendara banyak yang meremehkan soal lutut. Saat riding, lutut dibiarkan tanpa pelindung. Tidak jarang bahkan pengendara menggunakan celana pendek atau celana kain ketika berkendara. Padahal lutut penting dilindungi. Sama akan halnya kepala yang wajib dilindungi helm.
Menurut Dr. Muki Partono, Sp.OT, Dokter Spesialis Orthopedic dan Tramatology, lutut kerap menjadi bagian yang parah saat kecelakaan. Itu karena posisinya yang fleksibel dan bisa menekuk sehingga menjadi tumpuan bagi tubuh. Karena itu, benturan yang terjadi antara lutut dengan aspal bisa menimbulkan trauma fatal terhadap tulang lutut.
“Di lutut banyak terdiri dari jaringan. Lutut terdiri atas tulang, kapsul, rawan sendi, bantalan lutut atau meniskus, ligamen atau jaringan penyambung tulang yang membentuk sendi yang bertugas menjaga kestabilan lutut, otot, dan saraf yang bekerja sama menghasilkan gerakan lutut sempurna,” jelas Dr. Muki.
Cedera sedikit saja menimpa lutut akan menyebabkan si penderita merasakan sakit yang luar biasa. Kalau cedera, lutut terasa sakit jika dipakai berjalan dan menekuk. Karena fungsinya menyangga tubuh, seringkali keseimbangan tubuh juga menjadi berkurang.
“Luka dalam pada lutut bisa lama penyembuhannya. Karena wilayah ini cenderung bergerak. Biasanya cedera yang dialami pada tulang rawan sendi, bantalan lutut dan ligamen,” lanjut Dr Muki yang praktik di RS. Puri Indah, Jakarta Barat.
Dokter Muki berpendapat, untuk pengendara yang usianya 30 tahun ke atas, sendi lutut mulai memasuki masa homeostatis, yaitu masa di mana sendi sudah mengalami kemunduran. Ini dikarenakan di dalam sendi ada pelumas dan produksinya makin berkurang. Sehingga gerakan sedikit saja akan terasa ngilu. Bayangkan saja kondisi ini seperti piston yang bergerak cepat namun tidak mendapatkan pelumasan yang baik.
Sedikit benturan mudah cedera. Sedangkan pada usia kepala empat, otot-otot tidak elastis lagi sehingga gampang rusak jika mengalami benturan dengan aspal. “Pemeriksaan cedera lutut secara pasti bisa dilakukan lewat bantuan magnetic resonance imaging (MRI) yang bisa diketahui jenis dan lokasi kerusakan secara detail,” mantap Dr. Muki.
Teknik lain bisa dilakukan dengan artroscope (artroskopi) yang dapat mengintip dan mereparasi kerusakan lutut seperti mengangkat pecahan tulang rawan, memperbaiki meniskus, ataupun menyambung ligamen.
Repotnya, proses penyembuhan di bagian ini tergolong sulit dibanding bagian lainnya. Hal ini karena, posisi lutut yang bergerak, membuat luka yang terjadi tidak mudah mengering. Beda dibanding dengan bagian lain yang tidak bergerak.
Menurut Dr. Muki Partono, Sp.OT, Dokter Spesialis Orthopedic dan Tramatology, lutut kerap menjadi bagian yang parah saat kecelakaan. Itu karena posisinya yang fleksibel dan bisa menekuk sehingga menjadi tumpuan bagi tubuh. Karena itu, benturan yang terjadi antara lutut dengan aspal bisa menimbulkan trauma fatal terhadap tulang lutut.
“Di lutut banyak terdiri dari jaringan. Lutut terdiri atas tulang, kapsul, rawan sendi, bantalan lutut atau meniskus, ligamen atau jaringan penyambung tulang yang membentuk sendi yang bertugas menjaga kestabilan lutut, otot, dan saraf yang bekerja sama menghasilkan gerakan lutut sempurna,” jelas Dr. Muki.
Cedera sedikit saja menimpa lutut akan menyebabkan si penderita merasakan sakit yang luar biasa. Kalau cedera, lutut terasa sakit jika dipakai berjalan dan menekuk. Karena fungsinya menyangga tubuh, seringkali keseimbangan tubuh juga menjadi berkurang.
“Luka dalam pada lutut bisa lama penyembuhannya. Karena wilayah ini cenderung bergerak. Biasanya cedera yang dialami pada tulang rawan sendi, bantalan lutut dan ligamen,” lanjut Dr Muki yang praktik di RS. Puri Indah, Jakarta Barat.
Dokter Muki berpendapat, untuk pengendara yang usianya 30 tahun ke atas, sendi lutut mulai memasuki masa homeostatis, yaitu masa di mana sendi sudah mengalami kemunduran. Ini dikarenakan di dalam sendi ada pelumas dan produksinya makin berkurang. Sehingga gerakan sedikit saja akan terasa ngilu. Bayangkan saja kondisi ini seperti piston yang bergerak cepat namun tidak mendapatkan pelumasan yang baik.
Sedikit benturan mudah cedera. Sedangkan pada usia kepala empat, otot-otot tidak elastis lagi sehingga gampang rusak jika mengalami benturan dengan aspal. “Pemeriksaan cedera lutut secara pasti bisa dilakukan lewat bantuan magnetic resonance imaging (MRI) yang bisa diketahui jenis dan lokasi kerusakan secara detail,” mantap Dr. Muki.
Teknik lain bisa dilakukan dengan artroscope (artroskopi) yang dapat mengintip dan mereparasi kerusakan lutut seperti mengangkat pecahan tulang rawan, memperbaiki meniskus, ataupun menyambung ligamen.
Repotnya, proses penyembuhan di bagian ini tergolong sulit dibanding bagian lainnya. Hal ini karena, posisi lutut yang bergerak, membuat luka yang terjadi tidak mudah mengering. Beda dibanding dengan bagian lain yang tidak bergerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar